KESAL!!

KESAL!!  

2A. Ek2. Gerbong dua tempat duduk paling belakang pojok pintu. Rupanya sudah ada 3 penumpang yang satu tempat duduk denganku. 2 perempuan 1 laki2. Jika dilihat2 sepertinya mereka masih bocah2 SMA terlihat dari ganci event festival tak jelas dari sekolah mana yang menggantung di salah satu tas perempuan yang duduk di sebelahku .

Perjalananku kali ini di temani tumpukan buku hasil pinjam kakak senior. Ku baca tetralogi bang pram (Anak semua bangsa)  lembar demi lembar seirama dengan jalannya kereta yang melaju. Berharap tenang dan menyenangkan. Tapi, lagi2 sepertinya aku mulai terusik, tak nyaman, rada kesal pula. Bagaimana tidak. Bulan yang suci nan mulia ini mereka kotori dengan bermaksiat tepat di depanku (kamvred betul tunggu kek sampe buka puasa atau habis lebaran, tapi ya jangan sampe juga). Tak sungkan pegang2an tangan bahkan saling berpelukan. Astaghfirullah2 rasa2nya pengen sekali kulempar sepatu di muka bocah2 tengil ini. Dari awal duduk dengan mereka mukaku menunduk tetap ku lanjutkan bacaanku meskipun risih sekali. Lagi2 mereka buat ulah dengan seenaknya tanpa permisi ataupun sungkan mereka makan p** mie dengan lahapnya ( puasa woi ngumpet di kamar mandi kek kalo mau makan) sambil nyanyi2 dangdut ketawa ketiwi pakai bahasa madura sumpah kaga ngerti blas tu bocah ngomong apa. ( Oh my Rabb rasanya ingin sekali lompat ke gerbong lain apa daya penuh penumpang hari ini). 

Weh ini telinga tambah panas mata udah sepet akhirnya ku tutup buku bang pram. Dengan niat tidak menyombongkan diri ku ambil Al-Quran yang Setia ku bawa kemana2. Ku baca aja sekenanya kali aja bocah2 sableng ini dapet hidayah. Hoho ternyata sindiranku berhasil tu tangan yang sedari tadi wes lengket terus macam perangko terlepas, mereka terdiam sejenak. Kapok pikirku akhirnya sungkan juga. Lu sih ganggu betul. 

Tak sampai disini setelah perjalanan kereta untuk sampai rumah masih harus menempuh naik bus ya mungkin sekitar 15-20 menitan sampai. Lagi2 di dalam bus aku di buat kesal. Ada ibuk2 yang berperawakan gendut, bugar, besar menyodorkan amplop kalau tidak salah bertuliskan " Mohon bantuan seikhlasnya, untuk anak saya yang yatim untuk biaya sekolah dan kebutuhan hidup" kalo tega aku pengen bilang,  buk saya juga anak yatim tapi untuk biaya sekolah saya juga kerja, buat bertahan hidup rantau di kota. Kenapa aku kesal ya jelaslah ibuk ini tidak pantas kalo harus minta2, karna kuperhatikan di sakunya yang jiplak ada smartphone yang daritadi bunyi notif WAnya, terlebih cincin emas melingkar di jarinya. Apakah pantas disebut tidak mampu? Pasti mampu kan ya buk untuk kerja yang lebih baik lagi tanpa harus bawa2 anak yatim. Ya kalo yang mau ngasih Alhamdulillah semoga dapat pahala. Tapi karna aku sendiri ya anak yatim ibukku yang juga jadi ibu sekaligus bapak masih mau berusaha untuk menghidupi kami dengan jalan lain tanpa harus mengorbankan kami karna yatim untuk minta2. 
( maafkan saya buk semoga dapat kerja yang lebih baik daripada minta2) 

Setelah turun dari bus kekesalan selama perjalanan tadi luntur seketika, ketika melihat ibunda tercinta sudah menyambut kedatangan anaknya. Senyum sumringahnya mengobati rindu meskipun baru hampir sepekan kutinggal. Ahh bunda maafkan anakmu yang selalu merepotkanmu, harus kesana kemari hanya untuk menjemputku. Dan maafkan aku Ya Allah sudah banyak mengumpat terlebih banyak kesalnya daripada istighfar. Sehat selalu bunda kita bersua lagi melewati Ramadhan penuh suka cita 😘

Sejauh apapun bertualang, aku ingin menjadi sesuatu kepulangan yang engkau nanti-nantikan


Aii
Surabaya, 28 mei 2018

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama