Patah Hati

Patah Hati ( potensi melahirkan karya)

Waktu di Surabaya kemaren saya pinjam buku berjudul "Semudah Bermain Catur" milik novi chamelia, seorang mahasiwi yang sudah berlapis2 titlenya. Lanjut kuliah S3 di UI dan lulus Tahun 2015. sayangnya sampai umur berkepala 3 dia belum juga menikah masih betah membujang dan entah apalagi yang mau di raihnya. Novi, selain dia habiskan waktunya untuk kuliah, dia juga hobi baca dan menulis. Kemudian dia putuskan untuk menterbitkan satu buku kumpulan catatan hariannya. Ada yang menarik di salah satu babnya. Dia bercerita kenapa dia memutuskan untuk menjadi penulis.  Yaitu, gara2 berkali2 patah hati. Selain itu tulisan yang dia bukukan akan dia wariskan kepada anak cucunya.

Mbk Novi bukan orang pertama yang melahirkan karya karena patah hati, adalagi bapak Nurani Soyomukti, kami berkenalan dan sempat diskusi dalam forum bedah buku, dan salah satu buku beliau yang di bedah berjudul "Literasi Sampai Mati" sebuah catatan tentang perjalanan intelektual aktivis literasi mulai sekolah hingga kuliah, hingga pulang kampung dan membangun gerakan literasi. Dalam diskusi beliau bercerita. Kenapa beliau menulis semua karena patah hati. Pernah kandas ketika gadis pujaannya memutuskannya karena pak nurani seorang aktivis pergerakan mahasiswa di Jember, Jakarta dan beberapa kota lain, dan lebih sibuk baca buku daripada menemani gadisnya sekedar jalan2.

Kemudian pak nurani meluapkan emosi dan perasaanya melalui sebuah catatan harian. Sementara catatan harian ini di ilhami oleh sebuah buku yang berasal dari catatan harian seorang penulis Ahmad Wahib. Buku2nya lahir, saat ini mencapai 20 buku yang di terbitkan bukan hanya tentang percintaan tapi lebih ke karya2 yang berkualitas seperti, buku2 sastra, filsafat, bahkan skripsi beliau sudah dibukukan. Yang menarik dari karya beliau yang sempat di undang di acara maja najwa yaitu bukunya yang berjudul "Perempuan di Mata Soekarno".

Maybe pasti banyak faktor tidak hanya karena patah hati sehingga lahirlah karya2 keren, beliau berdua hanya contoh kecil masih banyak faktor para penulis dengan movitasi yang berbeda2. Pak nurani, luapan emosi beliau tuangkan dalam tulisan2, dan move on lewat buku2 sehingga jadilah penulis. sebuah karya mulia dari bung Hamka juga terlahir dari penjara dan kita nikmati karya itu hingga sekarang. Nama2 mereka hidup dalam lembar2 tulisan dan tercetak dalam sebuah buku.

Menulis adalah salah satu budaya produktif. Bang Pramoedya Ananta T selalu berpesan bahwa kita harus menulis apa saja yang dapat kita tulis karena suatu saat pasti berguna. Lebih jauh, menulis adalah kegiatan mengeksplorasi bahasa menjadi kekuatan untuk menggambarkan realitas. Kata Bung Fiersa membaca adalah melihat segala sesuatu yang ada di masa lalu. Membaca adalah melawan.

Menulis adalah kegiatan manusia yang dikenal sebagai makhluk yang berbudaya. Mendayakan diri berarti menyiapkan kondisi agar kuat baik dalam berhubungan sosial maupun kontradiksi dengan alam dan orang lain. Sepertinya budaya menulis dan membaca masih kurang di nikmati masyarakat negara kita pun masih berada di rating rendah dalam budaya baca.

Apa yang terjadi di negara kita saat ini masih mirip dengan apa yang diceritakan cerpenis Seno Gumiro Ajidarma ia mengucapkan" _Masyarakat kami adalah masyarakat yang membaca hanya untuk mencari alamat, membaca hanya untuk melihat lowongan pekerjaan, membaca hanya untuk melihat harga2, membaca hanya untuk menengok hasil pertandingan bola, dan akhirnya membaca sub-title opera sabun di TV untuk mendapat sekedar hiburan"

Oh.. Nak, generasi muda jangan hanya meniru, mengonsumsi, dan menghabiskan waktu untuk kegiatan yang tidak produktif dan kreatif. Jadilah generasi muda yang dapat menghasilkan suatu hal yang berguna bagi masyarakat sekalipun dari jalan patah hati.


Aii
Trenggalek, 31 mei 2018

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama