TIDAK ADA YANG MENYESATKAN SELAIN BELANTARA DIKEPALA SENDIRI

Perindu edelweis

Malam – malamaku kini beku,bahkan terus bergerak ketitik bawah nol. Belakangan ini, aku makin tak mampu menikmati kesendirianku seperti ini. Selalu ingin kusertakan dirimu dalam setiap menit, waktu, bahkan helaan nafasku. Namun, apakah itu mungkin? Dan, apakah kau tau semua ini? Namun, kupastikan kau akan mengangguk, padahal  kita masih terbatasi oleh ruang dan waktu yang berjarak.
Dan malam ini aku serasa ingin menjelma menjadi pepohonan yang berada dipegunungan. Menjadi jejak-jejakmu yang tercipta, yang akan membawaku kepuncak tertinggi. Aku ingin selalu bersamamu menikmati lembah lembah sunyi papandayan, agar cahayamu semakin membuatku abadi dalam relung hatiku.
Namun.. ah..Apakah keinginanku ini hanyalah esktase-ekstase yang tak tercapai saja? Apakah ini yang disebut sebagai cinta abadi sang anak  adam hawa? Sebagai rindu seorang anak manusia pada ciptaannya-Nya yang lain?
Di malam ini sejujurnya kau ingin meloncat ke gerbang waktu. Agar aku dan kau seketika tak berjarak. Aku ingin mewujud dihadapanmu, yang kini tengah mewujud di ruang yang berbeda. Aku hanya ingin berdekapan denganmu, sambil menepis embun pegunungan sindoro sumbing yang slalu berdampingan.
Begitu sang pengelana bersajak ketika tak sadar penanya menggoreskan tentang cintanya yang terdiam bisu dalam untaian doanya.



Magetan, 5 September 2017
By:Perindu edelweis

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama