Gie aku rindu denganmu!





Lebih baik diasingkan, daripada menyerah pada kemunafikan “
-          Soe hok Gie  -

Hey Gie, apa kabar.. kita berada di dimensi lain, sejarah Indonesia telah mencatat namamu. Ya, aku mengenalmu lewat buku-buku, puisi, artikel serta surat yang pernah kau tuliskan untuk ira, Tides, herman, dan yang lain.

Apakah kalian mengenal sosok Gie? Gie adalah seorang aktivis muda Indonesia yang berketurunan Tionghoa. Yang menentang kediktatoran berturut-turut dari orde lama menuju orde baru pada masa Presiden Soekarno dan Soeharto. Ia adalah Mahasiswa Fakultas sastra Universitas Indonesia jurusan sejarah.

Saya termasuk mahasiswi yang  sangat mengagumi pemikirannya. Bagaimana tidak, aktivis tahun 1960 ini sangat kritis, berintelektual, tegas, dia gemar berdiskusi, membaca. Berorganisasi, lincah dan mudah bergaul. Gie pernah menjadi ketua SENAT di UI , bahkan dia juga perintis pertama MAPALA UI. Gie hidup hanya sekitaran 27 tahun kemudian meninggal dalam pelukan Mahameru tepatnya pada tanggal 16 desember 1969 ketika mendaki bersama sahabat-sahabatnya. Menurut informasi Gie meninggal karena menghirup gas beracun jonggring saloka di puncak mahameru. Dia meninggal bersama Idhan lubis. Konspirasi kematiannya masih menjadi misteri sampai detik ini. Selain kritis Gie juga sosok yang romantis. Terbukti, dari puisi-puisi yang telah banyak dia tulis.

Gie itu sosok yang luar biasa bagi sahabat-sahabatnya. Herman pernah menceritakan saking pedulinya dia sering mencarikan uang untuk temennya padahal dia sendiri tidak punya uang. ada beberapa wanita yang pernah dekat dengannya, selain ira ada juga si janda ciremai panggilan Gie untuk ker. Si janda ciremai bernama asli Kartini Sjahrir dan biasa dipanggil Ker. Mereka berdua sering mendaki gunung ciremai bersama.

Bagaimana bisa Gie masuk dalam catatan sejarah Indonesia? aktivis muda..seorang demonstran..dan pemikirannya tentang HAM pada waktu itu menjadi ancaman tersendiri dalam hidup Gie lewat tulisannya yang kritis dan mampu menumbangkan pemerintahan orde lama. Tak jarang surat kaleng dan pesan misterius melayang tak terduga. Bahkan setiap langkahnya seperti diikuti intel-intel. Hidupnya terancam, bahkan sahabat-sahabat Gie juga sering mendapat ancaman yang sama.  Gie dia orang yang sangat gelisah ketika melihat polemik di negri ini.

Hari-harinya diisi dengan program demo, termasuk rapat penting sana-sini. Aku ingin mahasiswa-mahasiswa ini, menyadari bahwa mereka adalah the happy selected few yang dapat kuliah dan karena itu mereka harus menyadari dan melibatkan diri dalam perjuangan bangsanya. Dan kepada rakyat aku ingin perbaikan-perbaikan dari keadaan dengan menyatukan diri dibawah pimpinan patriot-patriot universitas. Tulis Gie.

Tahun 1966 ketika mahasiswa tumpah ke jalan melakukan aksi Tritura. Ia termasuk di barisan depan. Gie, seorang tokoh kunci terjadinya aliansi mahasiswa-ABRI tahun 1966.

Dalam buku “Catatan Seorang Demonstran”, Gie menulis soal demonstrasi, Malam itu aku tidur di Fakultas Psikologi. Aku lelah sekali. Lusa lebaran dan tahun yang lama akan segera berlalu. Tetapi kenang-kenangan demonstrasi akan tetap hidup. Dia adalah batu tapal daripada perjuangan mahasiswa Indonesia. Batu tapal dalam revolusi Indonesia dan  sejarah Indonesia. Karena yang belanya adalah keadilan dan kejujuran. Jakarta, 25 Januari 1966.

Gie dikenal sebagai penulis produktif dibeberapa media massa, misal kompas, harian kami, sinar harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya atau separuhnya rentang waktu tiga tahun Orde Baru sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).

Selain tulisannya yang berupa artikel, banyak sajak Soe Hok Gie yang akan dijadikan sebuah buku kecil. Pantas saja sebab, Gie bergaul dan akrab dengan penyair angkatannya Taufik Ismail, WS Rendra dan Satyagraha hoerip.

Kenangan Gie ketika naik gunung

Falsafah dan Rayuan Gie kala mengajak teman-temannya naik gunung, apalagi Mahameru adalah proyek kebanggaan Mapala UI waktu itu, “ngapain lama-lama tinggal di jakarta. Mendingan naik gunung. Di gunung kita akan menguji diri dengan hidup sulit, jauh dari fasilitas enak. Biasanya akan ketahuan, seseorang itu egois atau tidak. Juga dengan olahraga mendaki gunung, kita akan dekat dengan rakyat pedalaman. Dapat meningkatkan kesehatan fisik dan jiwa. Ayo ke semeru, sekali-kali menjadi orang tertinggi di pulau jawa. Masa cuma Soeharto saja orang tertinggi di pulau jawa ini.”kira-kita begitu rayuannya sambil menyinggung nama manatan Presiden Soeharto.

Sebelum keberangkatanya ke semeru. Gie sering berkata yang aneh-aneh, Beberapa kali dia sering mengisahkan pemuda yang mati gara-gara ledakan petasan. Dalam buku “Catatan Seorang Demonstran” Gie menulis. “ saya juga punya perasaan untuk selalu mengingat kematian, saya ingin ngobrol-ngobrol pamit sebelum ke Semeru.

Antara tanggal, 22 januari 1962 ia menulis dan mengutip dari kata-kata filsuf yunani, “nasib terbaik  adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Berbahagialah mereka yang mati muda. Dan benar Gie mati muda dalam dekapan puncak tertinggi pulau jawa Mahameru.

Berpolitik Cuma sementara

Gie sadar bagaimana ia terpana politik dan peristiwa nasioanal, setidaknya ketika Gie masih remaja. Ikut sertaannya dalam politik hanya untuk sementara. Gie menyampaikan argumentasi bahwa sudah tiba saatnya bagi mahasiswa untuk mundur dari arena politik dan membiarkan politisi profesional bertuga, membangun kembali institusi politik bangsa,” tulis maxwell. Dalam buku “Mengenang Seorang Demonstran”

Gie memang sudah bersikap. Dia memilih mendaki gunung daripada ikut-ikutan berpolitik. Dia memilih sikap independen dan kritis dengan semangat bebas. Pemikirannya sudah tertuang dalam berbagai artikel menghiasi negri ini. Segala unek-uneknya juga sudah tertuang dalam bentuk, dalah satunya mandalawangi pangrango.

Berikut potongan puisi Soe Hok Gie berjudul “Pesan” 18 agusus 1973

Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran

Aku mengenali mereka
Yang tanpa tentara
Mau berperang melawan diktator
Dan tanpa uang,mau memberantas korupsi

Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan selalu dalam tubuh ini.

 Ainul L,M

Surabaya, 3 februari 2018
Pukul. 13.07
Dikamar tercinta

Coretan sedikit tentang Gie yang saya rindukan
Tulisan ini saya kutip dan ringkasan sedikit dari berbagai buku tentang Soe hok Gie
(catatan seorang demonstran, zaman peralihan, dan web tentang buku SOE HOK GIE sekali lagi)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama